Tentang Penyakit

"Saya kena miom, padahal sudah pernah dioperasi tahun 1997"
                "Oh, harusnya sudah tuntas, ya?"
"Iya, ini masalah supaya saya teriaknya (kepada Tuhan) lebih kenceng."

Iya, ini sekilas pembicaraan saya dan seorang teman lewat BBM. Saya mendapat informasi dari teman itu bahwa beberapa tahun yang lalu ia sudah pernah dioperasi untuk mengangkat miom seberat 3.5 kg. Walaupun dokter memintanya untuk periksa kembali enam bulan kemudian, teman saya tidak mengindahkan. Jadi, saat dokter memberikan vonis yang sama beberapa hari yang lalu, berita ini benar-benar mengejutkan teman saya. 

Pengalaman yang sama saya alami juga. Penyakit yang saya pikir sudah selesai dengan operasi, ternyata kembali lagi, membuat saya frustrasi, kesal. Saya sempat bertanya-tanya apakah saya sudah melakukan dosa dengan sengaja atau Tuhan yang merasa kesal dengan saya karena satu dan lain hal. Saya tidak dapat menemukan jawabannya. Dalam kesakitan, saya terus berdoa agar sembuh cepat, segera. Saya juga minum dan makan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang banyak. Saya juga pakai berbagai obat. Saya takut sekali jika harus melakukan operasi yang pernah saya jalani. Saya masih ingat rasa sakit itu. Saya tidak tahu mengapa saya tidak sembuh juga.

Di tengah-tengah penderitaan, masih saja saya diganggu dengan persoalan hidup yang lain. Saat itu, saya hanya bisa berserah (atau pasrah, ya?). Saya tetap melakukan tugas pelayanan dalam kesakitan saya. Saya teringat satu perkataan Ayub saat ia mengalami siksaan penyakit yang hebat.

katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" 

Ayub 1:21             

Ayub punya beribu sanggahan kepada Tuhan Allah terhadap kemalangan yang dialaminya. Dia orang yang baik sekali di mata Tuhan. Saya sungguh kagum dengan pernyataannya ini. Sama sekali tidak ada pertanyaan mengapa aku, Tuhan? Perkataannya di atas, bagi saya, suatu bentuk penundukan penuh terhadap keputusan Tuhan. Dia tahu bahwa semua kemalangan itu, atas seijin Tuhan. Dalam kebingungannya, ia mengaku bahwa Tuhan tidak bersalah apapun. 

Akhirnya saya berkata pada diri sendiri, sekalipun Tuhan tidak menyembuhkan, saya tetap melayani Dia. Saya tidak bertanya lagi. Justru dalam kelemahan tubuh, saya semakin bergantung pada-Nya sebagai pemimpin pujian, terutama dalam hal menahan rasa sakit. Baru seminggu atau dua minggu kemudian, rasa sakit mereda dan benar-benar hilang. Pertama kali saya merasa bebas dari rasa sakit, hati saya langsung melonjak gembira. Saya bersyukur sekali.

Jika teman saya berpendapat masalah penyakit datang supaya dia berteriak lebih kencang kepada Tuhan, saya pikir tidak seperti itu. Alasan masalah penyakit bisa datang kembali, saya tidak tahu jawabannya. Banyak kemungkinan bisa menjadi jawaban, tetapi jawaban sesungguhnya tentu hanya Tuhan yang tahu. Mau berteriak sekencang-kencangnya, mau menangis merajuk, tidak akan terjadi perubahan jika bukan kehendak Tuhan. Sebaliknya, iman di dalam hati tanpa disertai suara menggelegar, jika Tuhan mengijinkan, jenis penyakit apapun, pasti hilang.

Untuk teman-teman yang sedang menderita karena sakit, ketahuilah Tuhan mengijinkan. Tidak perlu mencari-cari jawaban, jika memang teman-teman tidak sedang hidup dalam pemberontakan kepada Tuhan atau hidup tidak memperhatikan kesehatan. Bersukacitalah karena Tuhan sedang mengerjakan pemurnian di dalam tubuh rohani kita. Ingatlah, Tuhan itu baik dan bahwasanya untuk selama-lamanya, kasih setia-Nya.