Wednesday, October 8, 2014

Hi and Bye, Birdie!

Sendirian di kantor, saya dengar bunyi ketukan berulang-ulang di ruangan yang tidak dinyalakan lampunya. Siapa yang ada di situ? Apa saya tadi tidak sengaja mengunci seseorang di dalam sana? Saya masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba benda terbang ke arah saya dan membentur ke jendela di sebelah saya, lalu jatuh di atas mouse pad komputer di ruangan itu. 

Oh, burung yang malang, kamu pasti mau pulang ke keluargamu! Saya buka satu-satunya jendela yang ada di ruangan itu. Burung kecil terbang dan melesat menuju jendela itu, namun tidak tepat, membentur sisi jendela dan jatuh di atas mouse pad komputer. Saya angkat tubuh mungil itu. Sakit sekali rupanya! Kasihan kamu! Saya lihat paruhnya mengeluarkan lidah kecil dan kakinya sebelah kanan menekuk, mungkin dia kesakitan.


Saya bawa Birdie, nama yang saya berikan spontan untuk burung kecil malang itu, ke meja kerja. Saya bermaksud membawa Birdie ke UKS biarpun sedikit percaya saja Birdie dapat diatasi oleh Suster UKS di sini. Suster kan biasanya menangani manusia, bukan seekor burung. Apa sajalah, yang penting kaki itu diberi obat. 

Saya pegang tubuh itu tanpa tekanan dan Birdie tidak melawan sedikitpun bahkan saat dipotret. Selesai dipotret, Birdie tiba-tiba berontak dan loncat ke meja kerja saya, terbang pendek-pendek ke meja komputer siswa, lalu bersembunyi di belakang rak. Sebetulnya beberapa kali, Birdie berhasil saya tangkap tanpa tekanan sehingga ia dapat dengan mudah kabur lagi. Ah, Birdie, kenapa kamu gak percaya ama aku?

Saya berusaha mencari Birdie di antara rak-rak itu. Karena sempit, saya akhirnya menyerah dan melanjutkan kerja. Hati saya tidak enak rasanya menyadari Birdie bisa saja di suatu tempat, menyerah dan mati. Saya mencari lagi, sambil berdoa memanggil-manggil Birdie. Saya mengerahkan segala panca indera saya untuk mengira-ira dimana ia berada

Saya mendengar suara cuitan, entah dari dalam atau luar ruangan. Saya buka salah satu jendela, suara cuitan semakin jelas. Saya kecewa dan menutup kembali jendela itu. Sewaktu saya menoleh ke kiri jauh, saya lihat Birdie nangkring  di rak buku-buku fiksi Indonesia. Saya senang sekali dan berjanji kali ini tidak akan kehilangan dia lagi.

Sama seperti tadi, Birdie kabur melihat saya mendekati dia dan menabrak kaca ruangan rekan kerja saya. Tubuhnya terbalik, seperti mati. Melihat Birdie masih bernapas, saya lega. Saya angkat Birdie hati-hati. Sudah dalam posisi baik, Birdie kabur lagi. Saya terus mengikuti kemana arah terbangnya hingga ia terperangkap. Saya tarik Birdie dengan sedikit tekanan agar dia tahu saya serius menangkap dia. Mungkin dia tidak mengerti sekarang. 

Saya bawa Birdie ke luar dan menaruhnya di pinggir railing ke arah halaman. Birdie tidak bergerak biarpun saya sudah dorong lembut. Akhirnya, saya tinggalkan Birdie sendirian sambil mengintip dari balik jendela. Kenapa Birdie tidak mau terbang??? Saya keluar lagi, mengecek kakinya. Di saat bersamaan, Birdie terbang jauh. Saya memandangi Birdie dengan senyum lebar. Bye, Birdie!

*Kisah nyata ini mengingatkan saya tentang memenangkan orang bagi Kristus menggunakan segenap kekuatan dan cara. Roh Kudus yang akan memampukan orang itu untuk menemukan Kristus. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...