Thursday, February 12, 2015

Februari di Bali: bagian 3

Tirta Empul Tampak Siring
Kebetulan kami tiba di tempat ini karena menghindari polisi pariwisata yang menghadang di jalan di depan kami. Di dalam lokasi ini, ada permandian air suci, menurut pendapat rakyat setempat dan memang sudah banyak orang yang mandi di kolam-kolam yang disediakan, termasuk tamu mancanegara. Bangunannya memang diperuntukkan untuk sembahyang umat Hindu, ada aturan-aturan khusus yang harus ditaati pengunjung.
Ada beberapa area dilarang merokok, ada juga yang tidak boleh dimasuki sama sekali kalau tidak untuk sembahyang, ada juga yang harus dimasuki dengan mengenakan kain dan ikat berwarna kuning yang sudah dipersiapkan oleh pengelola tempat itu. Yang unik, ada kolam yang diisi ikan-ikan mas besar dan banyak, sedap sekali ups hehe maksud saya indah sekali. Masih di area yang sama, di atas sana, ada kediaman presiden RI, istana negara Tampak Siring. Saya ingat dulu masih bisa masuk ke istana itu, tetapi sekarang sudah ditutup untuk umum.  

Air Terjun Tegenungan

Apa yang terbayang kalau kamu pergi untuk melihat air terjun? Pastinya air jernih yang meluncur dari ketinggian dan terhempas di sungai yang bisa dijadikan permandian. Sayangnya, saat kami datang, kata orang di sana, airnya baru saja berubah dari jernih menjadi kecoklatan. Sepertinya, kami tidak berjodoh dengan tempat ini hehe. Mumpung ada di sana, saya dan beberapa teman tetap berusaha mendekati air terjun ini biarpun tidak berenang. Jalan menuju tempat ini curam tetapi aman. Di kanan kiri sudah ada pura-pura yang lumayan besar. Biarpun airnya kecoklatan, kami juga melihat tamu mancanegara tetap mandi di sini. Kami hanya beberapa saat saja di tempat ini. Setelah mengambil foto sana sini, kami pun melanjutkan perjalanan. 

Pembuatan Kopi
Bersama kotoran luwak...ah senangnya haha
Sebagai pecinta kopi, lokasi yang satu ini sudah saya nanti-nantikan. Tempat ini menyajikan proses pembuatan kopi luwak aseli, mulai dari penangkaran luwak, kebon kopi dan coklat, penyanggaraian biji kopi hingga penyeduhannya. Sayang sekali, saya terkena migren di lokasi ini sehingga saya tidak bisa menikmati kopi luwak yang nikmat sekali, kata teman-teman saya hiks hiks. Cukup terhibur juga karena saya punya kesempatan berdekatan dengan si luwak, kotorannya (haha), mencoba menyanggari biji kopi, mencicipi biji kopi yang sudah hitam. Setelah itu, saya balik ke mobil untuk tidur dan "menikmati" migren. Binatang luwak adalah binatang malam, jadi siang hari mereka tidur. Tetap saja, biarpun tidur, kami tidak diperkenankan terlalu dekat dengan kandang. Luwak yang memilih biji kopi terbaik ini dibiarkan bebas, jadi yang kami lihat hanyalah semacam perwakilan luwak. 
Menyanggrai biji kopi sambil dipijetin
Luwaknya lagi bobo







Pembuatan Batik
Add caption
Indonesia memang terkenal dengan kain batiknya, tidak terkecuali Bali. Polanya dicetak, dilukis dengan lilin dan ada juga kain tenunnya. Kalau kamu senang dengan batik, di dalam galeri, mereka menyediakan cinderamata berupa lukisan dan aksesoris batik, selain kain batik itu sendiri. Di dalam area, kami juga tidak diperkenankan mengambil gambar karena mereka juga mengetengahkan keunikan desain pola batiknya agar tidak ditiru. Kami melihat cara pembuatan pola batik dan melihat mesin sederhana untuk kain tenunnya.



Gereja Kristen Protestan di Legian
Minggu itu, kami sudah sepakat akan ke gereja yang terdekat. Kami masuk ke gereja dekat dengan penginapan kami, Harmony Hotel, jaraknya kira-kira 500 meter. Interior altar gereja itu mengikuti pola Bali. Tidak ada pendingin ruangan, tetapi tetap sejuk. Kami terlambat datang. Saat tiba, kelompok anak-anak sekolah minggu sedang menyanyikan lagu di depan. Hampir semua jemaat mengenakan baju batik. Setelah kebaktian pukul 07.00 ada juga kebaktian dalam bahasa Inggris. Kotbahnya tentang Yesus Kristus yang menjadi Gembala yang Baik dan kita sebagai domba-domba-Nya perlu mengikuti Dia, tidak mengikuti kehendak kita sendiri. Ada kesaksian dari satu keluarga, Bapak I Made gitu deh yang menampilkan lagu pujian sebagai ucapan syukur karena sembuh dari penyakit yang berat.

Makan-makan, Yuk!
Mau makan kepiting? Cobain deh ke Kampung Kepiting di dekat Bandara Ngurah Rai. Sambil bersantap, kamu bisa lihat jalan tol (apa enaknya haha) yang dibawahnya ada laut, gitu loh, asik juga kan? Kalau siang, air pasang, perahu-perahu disekitar resto itu dipakai untuk kano. Kebetulan sekali, ada perahu dikasih nama Kak Dede waktu kami ke sana haha. Kamu cobain deh jus mangrove-nya. Dan katanya lagi, karena kami tiba malam di sana, kita bisa lihat bahwa kepiting yang kita makan itu ditangkar di sana. Jadi, katanya sih, terjaga kebersihan kepiting mereka.

Nanti kalau kamu beres belanja di Krishna dan Titiles, kamu coba melipir ke sebelahnya. Ada resto Ayam Betutu enak bingits dari daging ayamnya (ada pilihan bebek juga kok), sambal bawang campur kacang tanah yang digoreng (entah apa namanya) dan sayur plecingnya. Saya coba yang versi digoreng, tetapi kata teman saya, Acen, versi kuahnya lebih enak.

Babi guling? it's amust kalo di Bali. Nah, di daerah Legian ada kantor BCA besar. Bukan di situ tempat makannya, tapi kamu harus menyeberang. Iya, di situ itu, di pinggir jalan. Bumbu Balinya terasa benar. Bukan hanya orang lokal yang datang, bule-bule juga suka.

Mama's German Restaurant. Kata teman, daging dengkul babinya tuh enak banget dan banyak banget, 3 orang masih kekenyangan untuk menghabiskan satu porsi. Lucunya satu hari itu, hanya satu menu yang disajikan, jadi kalau mau pilih menu, ya silakan sesuaikan harinya hehe.

Selamat berlibur di Bali!













No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...