Tuesday, March 15, 2016

Reuni

Ting...ting...

Ada undangan masuk grup SD…

Ah, kenapa pula aku harus ikutan grup reuni? Kenapa tiba-tiba semua kasta pendidikan yang aku pernah lewati mengundangku masuk grup WA? Apakah sedang musim reuni?

Di grup itu, mereka terlihat sangat akrab. Di benakku, aku tidak ingat bahwa mereka sebegitu akrabnya. Apakah ini efek media sosial? Maksudku, mereka akan bertanya-tanya tentang dirimu di situ. Sudah menikah atau belum, bekerja di mana, dll. 

Aku berusaha mengikuti percakapan mereka. Tetapi, aku memang tidak bisa menutup-nutupi ketegasanku, masih seperti dulu. Kutanyakan, apa maksudnya membuat grup pertemuan itu? Apakah akan ada reuni? Apakah akan ada arisan? Arisan, tentu saja aku hanya becanda, hanya untuk mengurangi sifat tegas dari pertanyaanku.

Tetapi mereka sibuk bertanya satu sama lain. Hmm, apakah hanya aku yang tahu bahwa ada ruang jaringan pribadi alias japri yang bisa digunakan untuk bertanya hal-hal yang lebih rinci? Apakah hanya aku yang merasa obrolan di situ hanya menghabiskan baterai hape? Sekali lagi, aku menyalahkan diriku yang tidak bisa menikmati kerumunan tanpa arah tujuan itu. 

Ingin rasanya kuhancurkan hapeku karena tidak berhenti berkedip dan mengganggu konsentrasiku mengerjakan hal lainnya. Ah, bukan itu maksudku. Rasanya aku kangen ke masa-masa di mana orang-orang tidak akrab selewat saja di grup, tidak perlu tahu kehidupan orang lain kecuali kalau memang benar-benar akrab, tidak usah memberi tahu orang lain apa urusanku. 

Aku melihat wajahku di antara wajah-wajah yang hampir sebagian besar tidak kukenal. Beginikah hidup sebagai seorang yang sudah dewasa? Aku benci kebersamaan yang tidak benar-benar bersama. Hanya obrolan basa basi yang tidak mungkin diingat lagi. 

Arggghh. What’s wrong with me? 

Aku sudah tahu polanya jika orang-orang ‘dewasa’ itu berkumpul. Mulanya, mereka akan bertanya kabar masing-masing. Berikutnya, mengajak berkumpul bersama. Setelah itu, melontarkan lelucon yang hanya dimengerti sekelompok orang. Selanjutnya, lelucon yang menyerempet ke hal-hal mesum. Setelah itu, aku yang tidak tahu menahu pembicaraan mereka lagi, dengan dada yang sangat lapang, mengisi lagi baterai hapeku yang jadi dua kali lebih cepat habis. Lalu, aku akan berpikir berkali-kali untuk keluar dari grup itu dan yang sampai saat ini, belum juga aku lakukan. 

Arggghh. What’s wrong with me?

Siapa bilang aku takut tidak diingat oleh ‘teman-teman’? Aku hanya punya harapan mulia, menurutku, kalau akhirnya, memang mereka sungguh-sungguh dengan yang mereka katakan. Sungguh-sungguh kangen, sungguh-sungguh ingin bertemu, sungguh-sungguh ingin bercakap-cakap. Aku hanya berharap kesungguhan itu. Tetapi, sepertinya aku salah berharap. 

Bukan salah mereka. Aku yang salah berharap. Perkumpulan maya dan social media hanya pertemanan semu. Mereka suka yang semu, yah sudah, itu urusan mereka. Aku tidak suka yang semu. Itu juga deritaku.

Atas nama reuni, atas nama masa lalu, aku diundang. Sejujurnya, aku tidak mau tahu tentang masa lalu. Aku hidup di masa sekarang. Pernah kukatakan, ada masa gelap di sana, meskipun tidak sampai membuatku merasa kepahitan. Aku hanya tidak cocok dengan reuni-reuni seperti itu. Kalau mau kenal aku, kenallah yang sekarang!!! J




No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...