Thursday, November 3, 2016

Berani

Berani karena benar, takut karena salah...
Terkenal banget ini kalimat, terutama waktu saya belajar PMP (mirip PKN atau Kewiraan, kalau untuk sekarang) di sekolah. Sampai sekarang, kalimat itu masih saya pegang meskipun seringkali saya tidak bisa melakukannya.

Kalau benar, sudah pasti berani?
Waktu dunia saya masih 'sempit', masih anak sekolahan, kalau saya benar, saya berani mengungkapkannya. Sejalan dengan pertambahan umur, pengalaman, relasi, saya menyaksikan kata berani ini berubah makna. Berani berarti kurang ajar jika menyangkut orang yang berada di atas saya. Berani berarti fanatik jika urusannya dengan memegang prinsip. Berani berarti tidak diplomatis, tidak mencari 'win-win solution' alias gue ama lu sama-sama menang.


Oh ya, ngomong-ngomong soal win-win solution, menurut saya, itu cuma ada di dunia khayalan. Pastilah salah satu pihak atau pilihan terabaikan. Atau, ada saja pengorbanan yang harus dilakukan agar semua pihak 'adem'. Saya lebih percaya dengan pendapat, "nothing is neutral in this world". Semua ada kecenderungan, ada kemiringan, ada kecondongan tertentu. Tergantung kepentingan siapa atau apa yang ingin dimenangkan. If you are not with me, you are against me.

Kembali ke persoalan berani tadi. Saya miris melihat fenomena orang yang salah justru punya keberanian luar biasa. Sementara, orang yang berani malah 'ngumpet'. Hmm, mungkin lebih tepatnya, kalau zaman sekarang ini, kalimatnya diubah seperti ini. Berani karena salah, takut karena benar, lebih pas bukan?

Menurut kamu, bagaimana?


 


No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...