Sunday, August 24, 2014

Tidak Ada Judul

Saya bingung mau kasih judul apa untuk posting-an kali ini. Kali ini tentang perasaan saya. Tentang sesuatu yang lebih daripada harta, lebih daripada permata. Lebih dari semua yang dianggap berharga di dalam dunia. Ini tentang Yesus Kristus.

Saya tidak sedang mengatakan bahwa saya ini pemberani. Saya tidak sedang membentuk opini bahwa saya ini orang saleh. Tidak, ini tentang Yesus Kristus yang hidup di dalam hati dan pikiran saya. Bukan suatu fanatisme yang tidak berujung, tetapi pengharapan yang aneh. Seaneh kotbah pendeta saya pagi ini.


Dia berbicara tentang kematiannya. Biarpun dia berbicara ‘aneh’,  saya dapat menangkap maksudnya. Dia rela mati untuk Kristus, dengan cara yang tidak wajar. Entah bagaimana, saya sudah ‘menangkap’ maksud kotbah ini beberapa bulan yang lalu, melalui sebuah mimpi.

Di dalam mimpi itu, saya diperhadapkan pada pilihan menyangkali Yesus Kristus atau mati dipenggal. Saya tidak melihat benda yang akan memotong leher saya. Namun, saya masih bisa merasakan detik-detik saya harus memberikan jawaban.

Saat itu, saya benar-benar takut karena harus mati dengan cara yang tidak wajar, bahkan mengerikan. Anehnya, di benak saya, hanya ada satu jawaban. Saya tidak bisa menyangkali Yesus Kristus. Kematian ngeri yang sedang menanti saya tidak sebanding dengan kengerian saya harus hidup tanpa Yesus Kristus. Bagi saya, tanpa Yesus Kristus, saya mati dengan cara yang menyiksa dan mengerikan. Saya tidak sanggup hidup tanpa Dia.

Hati saya berkata, “Tuhan, selama ini aku hanya memiliki Engkau. Semua yang ada bukanlah milikku. Aku tahu semua akan diambil, pada akhirnya. How can I continue my life without You? “ Lalu, saya serahkan nyawa saya.

Saya teringat tentang mimpi kematian yang lain, kurang lebih 6 tahun yang lalu. Badan saya terbaring di kasur sementara jiwa saya berkelana. Saya berusaha berbicara tetapi orang-orang di sekitar saya seperti tidak mendengar saya. Itulah pertama kali saya merasakan kesepian. Saya langsung mengerti mengapa kesepian itu begitu menyiksa.

Saya teringat akan seorang Sahabat, bernama Yesus Kristus, yang mati dan bangkit kembali. Dia tahu alam kubur seperti apa. Saya meneriakkan Nama itu. Dan, Dia hadir. Saya tidak melihat wujud-Nya tetapi saya merasakan kehadiran-Nya begitu kuat, menghapuskan kesepian itu. Saya memuji Tuhan karena hal itu.

Begitu pulang gereja hari ini, salah satu teman saya juga mengatakan hal yang sama. Dia merasa heran karena pernah meminta kepada Tuhan agar diberikan kematian tidak wajar. Seperti yang dikatakan pendeta saya,”Lagipula, kita semua akan mati! Tetapi kematian bagi kita yang hidup di dalam Kristus, itu hanyalah suatu permulaan dari kehidupan kekal.”

Pengharapan ini nyata, bukan sekadar fanatisme agama, karena…(ini sangat penting diperhatikan) Kristus telah mengalahkan maut!!!

Roma 8 : 10 -11 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. 

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...