Wednesday, April 29, 2015

Hukuman Mati

Berita hangat yang mengisi sosmed akhir-akhir ini adalah berita tentang hukuman mati yang dikenakan bagi terpidana kasus narkoba di Indonesia. Mata dunia sedang menatap ke Indonesia. Negara-negara yang warganegaranya tertangkap berusaha melobi, dan tidak sendirian, PBB pun turut "membantu" usaha ini. Hal ini tidak mengubah keputusan yang ada. Akhirnya, kemarin, para terpidana ini menghadapi ajalnya, kecuali satu orang, Mary Jane V.

Saat berjalan kembali ke ruang kerja, pikiran saya melayang ke para terpidana ini. Lalu, saya mengandai-andaikan diri, sekiranya saya menjadi salah satu dari mereka, apa perasaan saya? Menyesal, pasti. Lalu, apakah saya merasa diperlakukan tidak adil? Mungkin juga. Serentetan sidang pengadilan yang saya lewati dengan harapan terlepas dari hukuman yang mengerikan ini terasa lama dan melelahkan. Namun, inilah satu-satunya cara agar saya terbebas, sehingga, mau tidak mau harus saya jalani juga.
Masih sebagai terpidana, pada saat persidangan berlangsung, pikiran saya kembali ke masa semua ini tidak terjadi. Saya sudah tahu benda yang saya sebut barang dagangan meresikokan hidup saya. Saya sudah tahu ada undang-undang yang keras, tetapi selama ini, teman saya selalu bebas. Mereka mengatakan, undang-undang tersebut hanya tempelan, tidak ada yang serius, kalaupun tertangkap, akan dibebaskan lagi, atau lebih gilanya lagi, kami masih bisa berjualan di penjara, jika sedikit mau putar otak. Sekarang, kenangan-kenangan itu terasa menyakitkan, menuduh tak hentinya di kepala saya. Adakah pengampunan untuk saya? Sampai di sini, saya berhenti berandai-andai.

Saya teringat tentang berita surga dan neraka yang sedang menanti seluruh umat manusia pada waktu ajal tiba. Ada yang percaya dan ada yang tidak. Persis seperti pandangan orang-orang pengedar, pemakai narkoba yang menganggap sepi peringatan keras ini. Lebih buruk lagi, setan, bapa pendusta, turut membujuk manusia agar tidak menganggap penting persoalan ini. Dengan mengungkapkan beberapa fakta, iblis dan para pengikutnya berhasil memperdaya banyak orang.

Sebuah artikel dari majalah Reader's Digest Asia edisi Mei 2015, di halaman cover story berjudul The Children Who've Lived Before menampilkan kutipan tulisan dari Stanfford Betty The Afterlife Unveiled, "The universe takes on a merciful hue. It's a great improvement over the doctrine of eternal hell." Lewat serangkaian investigasi tentang kehidupan anak-anak 'khusus', profesor jurusan pembelajaran agama Universitas Negeri California ini memberikan harapan pembebasan dari doktrin neraka kekal.

Apakah kita mau mengulangi kesalahan para terpidana mati ini? Alkitab menceritakan secara detil tentang surga dan neraka. Coba baca artikel ini tentang neraka. Kalau tentang surga, semua pasti percaya dan mau masuk surga. Neraka-lah yang diragukan keberadaannya karena seperti hukuman mati, sepertinya tidak dapat diterima oleh manusia karena terlalu sadis. Masa tidak ada pengampunan? Masa Tuhan tidak adil, tidak mahapengasih? Tidak masuk akal. Begitulah mungkin di pikiran banyak orang.

Kita tidak dapat membebaskan diri kita sendiri, sama seperti para terpidana yang diceritakan tadi. Tuhan sudah memberikan pendamaian lewat Yesus Kristus. Percayalah, dan kita akan diampuni. Taatilah semua ajaran Yesus Kristus, dan kita akan selamat. Percaya atau tidak merupakan keputusan kita masing-masing. Tetapi ingatlah baik-baik, percaya atau tidaknya kita, tidak akan menghapuskan kenyataan adanya surga dan neraka.

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Roma 6:23












No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...