Friday, April 3, 2015

Kita Berhutang

Setiap orang pasti punya pengalaman berhutang, setidaknya berhutang kepada ibu yang telah melahirkan dengan bersusah payah bahkan meresikokan nyawanya. Karena tidak memiliki tagihan yang macet dibayarkan di bank atau kepada seseorang, seringkali kita lupa kenyataan ini. Kenyataan bahwa sesungguhnya kita berhutang. Seringkali, kita hidup seperti air mengalir tanpa tujuan, tanpa tuntutan, karena menganggap hidup  ini milik kita, bukan sebuah hutang.

Lebih buruknya lagi, seringkali kita berpikir Tuhanlah yang berhutang dengan kita. Doa-doa yang berisikan permintaan, menyisakan sedikit ruang untuk mendengarkan keinginan Tuhan, itulah yang dipanjatkan. Mungkin kita berpikir, Tuhan sudah menciptakan saya berarti Dia bertanggung jawab memelihara saya. Pernyataan ini tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar.


Pertama, karena manusia sudah memilih melakukan kehendaknya sendiri, tergadaikan oleh keinginannya sendiri sehingga terpenjara, terbelenggu dengan ilusi dalam kegelapan. Saya jadi ingat kisah misteri di gunung yang sering diceritakan, seorang pendaki tidak pernah menemukan jalan pulang karena ia hanya melihat ilusi jalan yang ia pikir benar ternyata mengarah ke jurang. Semua manusia sedang berjalan menuju jurang ini, ilusi dari sang pengecoh. Kedua, naasnya, manusia, siapapun dia, tidak dapat menolong dirinya sendiri. Pemberontakan mereka telah membalikkan kenyataan melihat neraka seperti surga dan surga seperti neraka. Pikiran mereka sudah benar-benar salah, rusak total, seperti mahkluk-mahkluk sia-sia.

Tuhan Yesus datang ke dunia untuk menebus manusia, dari kehendaknya yang membahayakan dirinya, dari pandangan matanya yang dibutakan oleh ilusi, dari kekuatan tipuan dari sang pengecoh. Kematian-Nya dan kebangkitan-Nya yang menjadikan Dia Juru Selamat bagi umat manusia. Tanpa-Nya, tidak ada harapan bagi umat manusia. Anugerah keselamatan inilah hutang itu.

Kita berhutang pada Dia. Setelah kita menerima Dia, kita HARUS hidup di dalam Dia. Harus! Ibarat perahu Nuh, semua yang ada di dalam kapal tidak dapat keluar kalau mau selamat. Demikianlah kita harus tetap hidup seperti orang berhutang. Tidak lagi bebas, tetapi kita tahu bahwa kita berhutang kepada Pribadi yang benar. Ketika kita dibebaskan dari tubuh yang fana ini, pada saat itulah kebebasan hutang itu menjadi milik kita

Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. 
Roma 8:12 - 13

No comments:

Post a Comment

Surat untuk Berondongku

Berondongku yang ganteng dan menarik, Setiap hari saya menyalahkan perasaan ini. Setiap hari pula saya berusaha membenarkan perasaan ini, te...